Banyuwangi, Program nasional bertajuk Ekspedisi Kapsul Waktu (EKW) 2085 singgah di Banyuwangi. Program yang digagas dalam rangka memperingati 70 tahun kemerdekaan Republik Indonesia tersebut bertujuan menjaring mimpi rakyat Indonesia di seluruh provinsi.
Ada tujuh mimpi yang disaring dari tiap provinsi yang kemudian dituliskan ke dalam secarik kertas yang tahan hingga seratus tahun. Kemudian, kertas tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tabung yang disebut dengan kapsul waktu. Kapsul itu kemudian akan dimonumenkan di Merauke, Papua. 70 tahun kemudian, tepatnya tahun 2085 akan dibuka dan dibacakan mimpi-mimpi tersebut. Tentu dengan harapan mimpi-mimpi itu telah tercapai.
“Kertas-kertas impian di dalam Kapsul Waktu ini akan disimpan pada seemacam monumen di Merauke, Papua. Akan dibuka 70 tahun mendatang, tepatnya tahun 2085,” kata Viddy Supit, koordinator nasional EKW saat mengawal kedatangan Kapsul Waktu di Banyuwangi.
Dalam perjalanan EKW di kabupaten berjuluk Sunrise of Java tersebut, IPNU Banyuwangi ditunjuk sebagai panitia lokal yang bertugas mengawal dan mengatur kegiatan EKW selama di Banyuwangi. Setelah disambut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi di Pendopo Shaba Swagata Blambangan dengan tari Jejer Gandrung yang diperankan para pelajar, tim EKW diajak menikmati salah satu spot pariwisata tengah kota, yaitu Pantai Boom.
Pantai yang menjadi selat pemisah Pulau Jawa dan Bali tersebut tidak hanya menyuguhkan panorama yang indah bagi tim EKW, namun juga dimanfaatkan oleh para pelajar Nahdliyin untuk mendiskusikan potensi pariwisata alam, baik di Banyuwangi maupun di Indonesia.
“Ini adalah kesempatan bagi para pelajar untuk mencintai tanah airnya dan menumbuhkan semangat guna mengembangkan potensi daerahnya,” ujar Zakariya, Ketua IPNU Cabang Banyuwangi.
IPNU sebagai organisasi kepelajaran juga menitipkan mimpinya untuk kejayaan Indonesia 70 tahun akan datang. Fahmi Nuris Syafaat yang ditunjuk sebagai salah satu perwakilan IPNU menyampaikan impiannya agar Indonesia menjadi negara besar dan menjadi panutan dunia.
Raini Haziza, dari SMAN 1 Banyuwangi, juga mengungkapkan mimpinya agar dunia pendidikan di Indonesia tambah berkualitas. “Semoga pendidikan di Indonesia tidak hanya maju dalam sisi kognitifnya saja, tetapi juga pada akhlaqul karimah dan karakternya juga,” ujar Raini.
IPNU Banyuwangi mengawal tim EKW hingga pelepasan dan penyambutan oleh panitia daerah EKW Provinsi Bali. Dimana sebelumnya, tim EKW telah dibawa berkeliling di perkampungan Oseng, suku asli Banyuwangi, sembari menikmati kopi dan alunan musik angklung khas Blambangan. (Ayung Notonegoro/Fathoni)
Sumber: NU Online